saturday !
Rainbow In The Bottle !
TEACHER, I NEED YOUR AUTOGRAPH!
pon "aduh, lagi gak bisa, ibu lagi mengajar".. "oh yasudah bu, makasih" jawab KITA dengan 100% hati dongkol.. -_-

Tugas Bahasa Indonesia part 1
Makna sebuah titipan
Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"
CerPen:
Masuk Rumah Sakit
Karya : Dian Wardatul Fitri
Hari ini adalah hari yang menyebalkan. Badanku tiba-tiba panas di sekolah. Teman-temanku mengantar aku pulang. Mama menyambut dengan cemas di rumah. “Terima kasih ya, sudah mengantar Reffy pulang. Kalian juga jaga kesehatan ya. Makan cukup, istirahat cukup. Soalnya sekarang sedang musim demam berdarah.” Kata mamaku, lalu meletakkan punggung tangannya di dahiku. “Aduh, kamu panas sekali, Ref…” gumamnya cemas. Setelah teman-temanku pulang, aku langsung ganti baju. “Ref, nanti sore kita ke dokter, ya,” kata Mama, lalu memberiku obat penurun panas. Setelah minum obat, aku langsung tidur. Saat bangun, badanku rasanya sakit semua. Kepalaku juga pusing. Mama segera mengantarku ke dokter. Kata dokter yang memeriksaku, aku hanya terkena gejala flu biasa. Jadi aku hanya diberi antibiotik. Esoknya, panas tubuhku belum juga turun. Ketika aku meludah, tampak ada gumpalan darah. Aku kaget setengah mati dan segera memanggil ayahku. Pagi itu Ayah segera mengajak aku ke dokter. Kata dokter tenggorokanku cuma sedikit luka, jadi tak apa-apa. Aku pun pulang dengan lega. Beberapa hari kemudian, badanku terasa semakin tidak enak. Rasanya mual, lemas, dan pusing bercampur aduk jadi satu. Lagi-lagi aku harus ke dokter. Karena Mama sibuk, Ayah yang mengantarku. Setiba di Dokter, tampak dokter agak gugup. “Ini gejala demam berdarah. Harus segera dibawa ke rumah sakit,” katanya. Bukan main kagetnya aku dan ayahku. Kami segera ke rumah sakit. Di taksi, aku tiduran lemas di pangkuan ayah. Saat di rumah sakit, darahku diambil untuk diperiksa. Ternyata aku memang positif terkena demam berdarah. Akhirnya aku dirawat di rumah sakit. Hatiku sangat sedih melihat selang infus di lenganku. Apalagi berkali-kali perawat datang mengambil darahku. Jumlah sel darah merahku memang harus diperiksa terus. Apakah sudah bertambah atau berkurang. Selama lima hari aku dirawat, akhirnya aku sembuh dan diizinkan pulang. Terima kasih Tuhan, aku bisa sehat kembali. Kini kebiasaanku yang kurang menjaga kebersihan semakin kuhindari. Aku juga menjaga kesehatanku dengan makan makanan yang bergizi, istirahat, dan olahraga yang cukup. Menurutku, kesehatan itu tidak bisa dibeli dengan uang. Jadi harus dijaga baik-baik.
Okay, there are another assignment that i haven't add, but i'll probably add it soon..